Home » , , , » Saat TUHAN tak di Surga

Saat TUHAN tak di Surga

Written By BAGUS herwindro on Jun 13, 2013 | June 13, 2013

Saat kebutuhan dasar telah terpenuhi dan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar itu masih melampaui, maka biasanya yang timbul adalah keinginan yang terkait paut dengan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.

Seperti misalnya makan. Saat kebutuhan mendasar tentang makan telah terlampaui, maka makan tak sekedar mencukupi rasa lapar saja, namun sudah berkembang menjadi keinginan tentang rasa makanan, tentang cara penyajiannya, tentang tempat, suasana dan kenyamanan dalam penyajiannya. Begitu seterusnya.

Mungkin itulah yang menyebabkan perekonomian terus berputar, strategi pemasaran terus berkembang untuk memancing keinginan dan semua bidang kehidupan diindustrikan. Namun semestinya tidak untuk 3 bidang ini yaitu agama, kesehatan dan pendidikan. Kenyataan yang ada tidak demikian, bahkan agama pun diindustrikan, kesehatan dan pendidikan demikian juga. Tiga hal ini merupakan hak rakyat yang semestinya sepenuhnya dijamin pemerintah, namun itu kalau pemerintahnya benar-benar ada he… he… he…

Ah… jadi nyenggol pemerintah lagi…

Syaikh Abil Hasan asy Syadzili dikenal sebagai konglomerat pada jamannya, hidup dalam keberlimpahan dan menampilkan kemewahan, namun dari semua yang dianugerahkan Gusti Allah kepada Beliau, tak satu pun yang masuk dalam hatinya. Hatinya hanya untuk Gusti Allah, tak melekat sedikit pun pada dunia yang berada dalam genggamannya. Zuhud.

SEMOGA seluruh murid Beliau pun dikaruniai keberlimpahan tanpa kemelekatan, sehingga keberlimpahannya bisa menjadi rahmat untuk semesta alam, berputar dalam dharma ~ pengabdian.

Beberapa tahun yang lalu, pernah mengikuti beberapa kali rutinan di hari yang sama, di kediaman salah seorang jamaah yang baru saja menempati rumah barunya. Rumah yang sangat luas, indah dan menakjubkan bagi saya yang masih berpikir bahwa rumah masih berfungsi sebagai kebutuhan dasar. Membayangkan rumah yang sedemikian megah seperti itu pun tak pernah dan mungkin bahkan tak mampu mengimajinasikan. Alhamdulillah, ikut berbahagia bahwa Beliau dikaruniai keberlimpahan yang seperti demikian dan insya Allah, saya yakin sebagaimana Syaikh Abil Hasan asy Syadzili, hati Beliau tidak melekat pada semua yang berada dalam genggamannya, kemanfaatannya itulah yang terus diperluas Beliau untuk menjadi rahmat bagi sesamanya.

Berada di dalam kemegahan rumah tersebut, rasanya saya seperti orang yang berasal dari pelosok terpencil negeri ini ~ yang tidak diperhatikan oleh pemerintahnya ~ kemudian datang ke kota metropolitan hingga terucap “WOW” namun tak sampai koprol begicu.

Ah… jadi nyenggol pemerintah lagi… maaf sengaja.

Saya membayangkan dipersilahkan masuk, bebas di dalam rumah tetapi tanpa ditemui tuan rumah, apa jadinya ? Paling bisanya ya lihat-lihat sambil tolah-toleh atau lebih parah lagi seperti jarenya arek Suroboyo : LL alias lholhak-lholhok.

Saya baru benar-benar ngeh dawuhnya Syaikh Luqman di salah satu kajian hikamnya, bahwa apa artinya surga jika tak ada Gusti Allah di dalamnya. Pasti sepi, sunyi dan hambar. Kira-kira begitu.

Gusti Allah yang tak terbatas, takkan pernah terjangkau oleh akal~pikiran yang terbatas, hanya hatilah yang mampu memahaminya, hati yang terang.


SEMOGA saya dan Panjenengan DImampuKAN oleh Gusti Allah untuk merasakanNYA di setiap apa pun. Semoga pula nanti diperkenankan ngobrol denganNYA meskipun hanya di emperannya surga atau di mana pun sesuai kehendakNYA.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

IG
@bagusherwindro

Facebook
https://web.facebook.com/masden.bagus

Fanspage
https://web.facebook.com/BAGUSherwindro

Telegram
@BAGUSherwindro

TelegramChannel
@denBAGUSotre

 
Support : den BAGUS | BAGUS Otre | BAGUS Waelah
Copyright © 2013. den Bagus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger